Selasa, 29 Oktober 2013

SAP HALUSINASI

                                                     SATUAN ACARA PENYULUHAN
HALUSINASI


                                                                                                                                                           
DISUSUN OLEH
DWIYANI SYAHNING PRASETIA
201110201087

                                PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH
YOGYAKARTA
2013



SATUAN ACARA PENYULUHAN
HALUSINASI
I .  Identifikasi masalah

Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005)
Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes), H. Syafii Ahmad, kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk menyusuaikan dengan berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stres tersebut. ( Diktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Pelayanan Medik Dapertemen Kesehatan, 2007)
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat.
Pada study terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara-negara berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun utama(Hardian, 2008). Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat yang demikian tinggi dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada dimasyarakat.
Dari 150 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional. Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit kejiwaan ini. Krisis ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di dunia, dan Indonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa (Nurdwiyanti, 2008).
Berdasar kan data dari medical record BPRS dari makasar provinsi sulawesi selatan menunjukan pasien halusinasi yang dirawat pada tiga tahun terakhir sebagai berikut: pada tahun 2006 jumlah pasien 8710 dengan halusinasi sebanyak 4340 orang (52%), tahun 2007 jumlah pasien 9245 dengan halusinasi sebanyak 4430 orang (49%), tahun 2008 ( januari-maret) jumlah pasien 2294 dengan halusinasi sebanyak 1162 orang. Agar perilaku kekerasan tidak terjadi pada klien halusinasi maka sangat di butuh kan asuhan keperawatan yang berkesinambungan.
Akibat semakin kompleksnya persoalan hidup yang muncul di tengah masyarakat, menyebabkan jumlah penderita gangguan jiwa di Riau tiap tahunnya terus bertambah. Selama tahun 2007 ini saja di Riau telah menerima sebanyak 8.870 pasien gangguan jiwa.
Berdasarkan dari hasil anamnesa pada bulan november 2010 pada ruangan nuri yang mana jumlah pasien halusinasi sekitar 32 orang (71,11%) dari 45 pasien yang ada diruangan, di merpati 33 pasien halusinasi (75%) dari 44 pasien, di mawar ada 9 pasien halusinasi (45%) dari 20 pasien, di hangtuah ada 2 pasien halusinasi (28,57%) dari 7 pasien, di melati ada 22 pasien halusinasi (64,70%) dari 34 pasien.
Berdasarkan hal diatas, kami kelompok tertarik untuk mencari serta membahas halusinasi dalam seminar kelompok yang sebagai salah satu syarat tugas untuk menyelesaikan praktek klinik di RSJ Tampan Pekanbaru.


II.  Pengantar

Pokok Bahasan                     : Masalah Kesehatan Jiwa di Masyarakat
Sub Pokok Bahasan              : Halusinasi
Sasaran                                  : Keluarga
Hari/ tanggal                          : Senin ,7 oktober 2013
Jam                                         : 08.30 WIB
Waktu Pertemuan                 : 40 menit
Tempat                                   :



III. Tujuan Intuksional Umum (TIU)
            Setelah dilakukan penyuluhan tentang kesehatan jiwa (halusinasi) selama 45 menit diharapkan keluarga mampu memahami tentang gangguan persepsi (halusinasi)   
IV. Tujuan Intruksional Kusus (TIK)
               Setelah mengukuti kegiatan selama diharapkan dapat menjelaskan tentang

A.    Menjelaskan pengertian halusinasi
B.     Menyebutkan jenis – jenis halusinasi
C.     Menjelaskan tanda & gejala halusinasi
D.    Menjelaskan cara mengontrol halusinasi
E.     Menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan keluarga unuk mencegah klien halusinasi

V.  Materi
A.    Pengertian halusinasi
B.     Jenis  jenis halusinasi
C.     Tanda & gejala halusinasi
D.    Cara mengontrol halusinasi
E.     Hal – hal yang harus diperhatikan keluarga untuk mencegah klien halusinasi

VI. Metode :
              Diskusi dan Tanya jawab
VII. Media
1.      Materi SAP
2.      Leaflet
VIII. kegiatan pembelajaran
No
Waktu
Kegiatan role play model
Kegiatan peserta
1.
5 menit
Pembukaan
1.      Memberikan salam
2.      Menjelaskan tujuan pembelajaran
3.            Menyebutkan materi atau pokok bahasan yang di sampaikan
1.      Menjawab salam
2.      mendengarkan dan memperhatikan

2.
20 menit
Pelaksanaan materi
Pelaksanaan materi penyuluhan secara berurutan dan terartur
Menyimak dan memperhatikan
3

Materi
A.    Pengertian halusinasi
B.     Jenis  jenis halusinasi
C.     Tanda & gejala halusinasi
D.    Cara mengontrol halusinasi
E.     Hal – hal yang harus diperhatikan keluarga untuk mencegah klien halusinasi



3.
10 menit
Evaluasi :
1.      menyimpulkan isi penyuluhan
2.      menyampaikan secara singkat materi penyuluhan
3.      memberi kesempatan kepada audience untuk bertanya
4.      memberikan kesempatan kepada udience untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan

Bertanya dan menjawab pertanyaan

4.
5 menit
Penutup
1.      menyimpulkan materi yang telah disampaikan
2.      menyampaikan terima kasih tas waktu yang telah diberikan oleh peserta
3.      mengucapkan salam
Menjawab salam



IX.  Pengesahan
                                                                                                Yogyakarta, 11 Oktober 2013
                           Sasaran                                                                                       Penyuluh

    
            Keluarga                                                                                      mahasiswa
Mengetahui
Pembimbing PKL
pembimbing materi penyuluhan

............

X. Evaluasi
          Metode evaluasi          : Diskusi tanya jawab
          Jenis pertanyaan          : lisan
          Jumlah soal                  : 2 soal
XI. Lampiram materi

Halusinasi adalah terjadinya persepsi dalam kondisi sadar tanpa adanya rangsang nyata terhadap inderaKualitas  dari persepsi itu dirasakan oleh penderita sangat jelas, substansial dan berasal dari luar ruang nyatanya. Definisi ini dapat membedakan halusinasi dengan mimpi, berkhayal, ilusi dan pseudohalusinasi (tidak sama dengan persepsi sesungguhnya, namun tidak dalam keadaan terkendali). Contoh dari fenomena ini adalah dimana seseorang mengalami gangguan penglihatan, dimana ia merasa melihat suatu objek, namun indera penglihatan orang lain tidak dapat menangkap objek yang sama.

B. Klasifikasi

Klasifikasi halusinasi sebagai berikut : 
  1. Halusinasi dengar (akustik, auditorik), pasien itu mendengar suara yang membicarakan, mengejek, menertawakan, atau mengancam padahal tidak ada suara di sekitarnya.
  2. Halusinasi lihat (visual), pasien itu melihat pemandangan orang, binatang atau sesuatu yang tidak ada.
  3. Halusinasi bau / hirup (olfaktori). Halusinasi ini jarang di dapatkan. Pasien yang mengalami mengatakan mencium bau-bauan seperti bau bunga, bau kemenyan, bau mayat, yang tidak ada sumbernya.
  4. Halusinasi kecap (gustatorik). Biasanya terjadi bersamaan dengan halusinasi bau / hirup. Pasien itu merasa (mengecap) suatu rasa di mulutnya.
  5. Halusinasi singgungan (taktil, kinaestatik). Individu yang bersangkutan merasa ada seseorang yang meraba atau memukul. Bila rabaab ini merupakan rangsangan seksual halusinasi ini disebut halusinasi heptik.
C. Proses terjadinya Halusinasi

Proses terjadinya halusinasi (Stuart & Laraia, 1998) dibagi menjadi empat fase yang terdiri dari:

1.      Fase Pertama
Klien mengalami kecemasan, stress, perasaan terpisah dan kesepian, klien mungkin melamun, memfokuskan pikirannnya kedalam hal-hal menyenangkan untuk menghilangkan stress dan kecemasannya. Tapi hal ini bersifat sementara, jika kecemasan datang klien dapat mengontrol kesadaran dan mengenal pikirannya namun intesitas persepsi meningkat.
2.      Fase Kedua
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal, individu berada pada tingkat listening pada halusinasinya. Pikiran internal menjadi menonjol, gambarn suara dan sensori dan halusinasinya dapat berupa bisikan yang jelas. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasinya dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain atau tempat lain.
3.      Fase Ketiga
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol. Klien menjadi lebih terbiasa dan tidak berdaya dengan halusinasinya. Kadang halusinasinya tersebut memberi kesenangan dan rasa aman sementara.
4.      Fase Keempat
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya. Halusinasi sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah, memarahi. Klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya. Klien hidup dalam dunia yang menakutkan yang berlangsung secara singkat atau bahkan selamanya.

D. Tanda dan Gejala Halusinasi
Menurut Towsend & Mary (1995), tanda dan gejala halusinasi adalah sebagai berikut:
1.      1 Berbicara, senyum dan tertawa sendirian.
2.      Mengatakan mendengar suara, melihat, menghirup, mengecap dan merasa sesuatu yang tidak nyata.
3.      Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
4.      Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal tidak nyata, serta tidak mampu melakukan asuhan keperawatan mandiri seperti mandi, sikat gigi, berganti pakaian dan berhias yang rapi.
5.      Sikap curiga, bermusuhan , menarik diri, sulit membuat keputusan, ketakutan, mudah tersinggung, jengkel , mudah marah, ekspresi wajah tegang, pembicaraan kacau dan tidak masuk akal, banyak keringat.
E.Pencetus terjadinya halusinasi

·         Sakit dengan panas tinggi sehingga mengganggu keseimbangan tubuh.
·         Gangguan jiwa Skiziferenia
·         Pengkonsumsian narkoba atau nakotika tertentu seperti ganja,morfin,kokain dll
·         Mengkonsumsi alkohol berkadar diatas 35% : seperti vodka,gind  diatas batas kewajaran
·         Trauma yang berlebihan.

Penanggulangan Pasien dengan Halusinasi
1.      Penanggulangan pada pasien halusinasi dengan cara :
       Menciptakan lingkungan yang nyaman
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.

2.      Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif.Keluarga harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.

3.      Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada.
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, keluargadapat menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.

4.      Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.




XII. Daftar pustaka
           

            Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Edisi 3, EGC, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar